Home » » Review Sepeda Listrik

Review Sepeda Listrik


Sesudah lewat tidak sedikit keraguan, hasilnya kepada Desember dulu kami memutuskan utk membeli sepeda listrik merk Betrix jenis Ice. Aku cobalah catat pengalaman satu bln dgn Betrix, bisa saja bermanfaat bagi pembaca yg tertarik memperhitungkan sepeda listrik.

***
masih banyak pertanyaan & keraguan yg hinggap sebelum kami membeli sepeda listrik : Apakah harga yg nyaris Rp5 juta lumayan pantas? Apakah tak lebih andal membeli sepeda motor secon atau sepeda motor China atau sepeda onthel yg bagus sekalian? Apakah jarak tempuhnya memadai? Macam Mana apabila baterai habis dijalan? Apakah mesin, baterai, pun penggeraknya lumayan awet & andal? & selanjutnya.

harga sepeda listrik terbaru

Bagi aku, memanfaatkan sepeda motor bensin itu ribet. Lantaran, mesti ada STNK, SIM, helm, & surat menyurat yg merepotkan. Lebih-lebih buat orang yg tinggal di lebih dari satu kota seperti aku. Beli di kota A, gunakan di kota B. Jikalau motor difungsikan oleh orang lain, contohnya keluarga atau kerabat, yg bersangkutan pula mesti miliki SIM. Intinya, tidak sedikit kerepotan di balik motor.

Sepeda listrik seperti halnya sepeda onthel, tak butuh surat menyurat. Ini salah satu pertimbangan membeli sepeda listrik. Walaupun harga sepeda listrik nyaris sama (atau bahkan lebih mahal dari) sepeda motor China yg baru, tapi motor China toh konsisten perlu surat-menyurat.

Lain lagi perbandingan dgn sepeda onthel. Sepeda onthel baru dgn mutu bagus harganya toh nyaris Rp2 jutaan (bahkan lebih). Menjadi, dgn asumsi sepeda listrik body-nya tak kalah dari sepeda onthel yg baik, selisih harganya tetap lumayan masuk akal.

***
Kami pilih sepeda listrik yg wujudnya semirip kemungkinan bersama sepeda onthel, paling ringan, pula harganya paling murah. Terkecuali tak ingin dianggap sbg sepeda motor oleh polisi, pilihan model ini serta perhitungkan bisa jadi baterai habis dijalan. (Aku sempat punyai pengalaman jelek bersama sepeda listrik wujud motor yg habis baterai di jalan. Berat betul gowesnya. Tetapi itu mereknya bukan Betrix)

Model Ice yg kami memilih memang lah serupa sekali bersama sepeda onthel. Di belakang ada boncengan panjang, namun di depan tak ada keranjang Boncengan belakang agak panjang maka aku mampu pasang kursi buat anak, dulu di belakangnya lagi aku pasang keranjang (hasil pindahan dari sepeda onthel). Kelebihan lain ialah ada lampu depan juga klakson.

Sepeda listrik Betrix akan dijalankan dgn dua mode. Aku menyebutnya sbg mode sepeda motor & mode sepeda onthel. Dalam mode sepeda motor, yg berperan juga sebagai penentu gerak ialah putaran gas. Gas dikendalikan dgn tangan kanan, serupa dgn gas terhadap motor.

Mode ini tepat buat keadaan jalan terhambat & rusak yg menutut stop and go. Maju dikit, berakhir lagi, maju lagi dikit, berakhir lagi, & setelah itu. Ini pula serasi buat jalan di gang sempit seperti di kota-kota gede.

Mode lain yg aku sebut juga sebagai mode sepeda onthel yaitu pedal assist. Memakai mode ini seperti kita naik sepeda onthel biasa bersama tenaga pendorong di belakangnya. Dalam keadaan jalan rata & sepi, mode ini amat sangat enak. Persis seperti naik sepeda onthel yg amat ringan. Utk melintasi tanjakan pun lumayan kuat.

Dapat tapi, mode ini amat berbahaya dijalan tertunda atau rusak. Masalahnya ada terhadap respons-nya yg tak seketika. Ada delay barang 2-3 detik dari disaat awal menggowes maka kadang kita telah ingin berakhir lantaran di depan ada kemacetan ia justru tiba-tiba mendorong keras. Dorongan ini seperti diset utk mencapai kecepatan tertentu yg kita tak tahu atau diluar ekspektasi pengendara. Akibatnya, dorongan ini kadang terasa keras & mengagetkan.

Bagi konsumen yg terbiasa bersama sepeda onthel & tak terbiasa dgn sepeda motor seperti aku, mode pedal assist amat sangat menarik. Tetapi, ya itu, seandainya tak terbiasa dgn mode lain dapat kerepotan disaat melintasi jalan padat yg terhambat. Husus utk jalan yg sepi & tidak tersendat, kita dapat serta setel cruise control biar kecepatan konstan.

Dikarenakan sepeda listrik ialah barang baru bagi aku, trik penggunaanya pula serba coba-coba. Butuh dikala utk mengenali gimana trick kerja, respons, pula karakteristik mesinnya.

selama ini, pengalaman memakai sepeda listrik pass menyenangkan. Dgn penggunaan kebanyakan 10km—15 kilometer per hri, indikator baterai rata-rata menunjukkan simpanan tenaga masihlah banyak(4 bar).

Tapi begitu, ada sekian banyak kelengkapan yg menurut aku butuh diberikan buat satu buah sepeda seharga Rp4,7 juta itu. Kelengkapan itu di antaranya keranjang depan, spion, pun –kalau memungkinkan—speedometer.

***
Indikator baterai terdiri atas 4 titik. Jikalau baterai penuh, keempatnya dapat menyala. Jumlah lampu yg menyala menyusut seiring berkurangnya tenaga yg tersimpan dalam baterai. Disayangkan, cuma itulah indikator yg sanggup kita amati buat mengawasi besar nya tenaga yg tersimpan. Aku menginginkan di periode yg dapat datang indikator ini dapat lebih tajir kabar.

Lubang kabel buat ke luar & masuk dari kotak baterai cuma 1 slot. Disaat isikan baterai, charger dicolok ke slot ini. Dikala sepeda bakal dimanfaatkan, kabel yg menghubungkan mesin gantian dicolok.

& lantaran sepeda tiap hri digunakan & dicharge, sehingga tiap-tiap hri mesti lepas pasang kabel ke slot itu. Aku sungguh khawatir kiat colok mencolok seperti ini lama-lama bakal menciptakan lubang colokan aus & dol. Semoga terhadap sepeda listrik generasi akan datang sektor ini diperbarui.

Dalam satu bln penggunaan, sepeda listrik Ice kami pernah tertunda. Lampu indikator tak nyala. Kadang nyala 5 menit dulu mati. Baru jalan 200 m, mati. Padahal baterai penuh.

Waktu kami bawa ke penjualnya, kotak baterai segera dilepas & dibongkar. Nyata-nyatanya ada connector di dalam kotak baterai yg kendor. Akibatnya, muncul percikan api sebab arusnya pass agung. Lama-lama bidang itu terbakar. Solusinya ya edit connector, disolder ulang, bayar Rp10.000.

Keluhan lain ialah sedel. Aku menginginkan sedel standar mampu tambah baik & lebih nyaman difungsikan.

0 komentar:

Post a Comment