Home » , , » Sejarah tentang Batu Bacan hingga Populer

Sejarah tentang Batu Bacan hingga Populer


Obrolan tentang batu akik seolah tak ada habisnya, apalagi tentang salah satu batu akik asal Indonesia yang sedang begitu populer saat ini, yakni batu bacan. Bacan terutama jenis doko dan palamea benar-benar sedang menjadi buah bibir di kalangan pecinta batu akik. Bacan menjadi primadona bagi para pembeli, meski harganya yang cukup mahal untuk ukuran batu cincin lokal, arus jual beli batu bacan tetap mengalir deras. Sebenarnya dari mana asal usul batu bacan ini? Sejak kapan batu ini mulai ditemukan dan dipakai sebagai aksesoris perhiasan? Bagaimana kisah perjalanan batu ini hingga kini berada di puncak popularitasnya? Nah, untuk menjawab berbagai pertanyaan itu, kali ini penulis akan mencoba memberikan sedikit ulasan mengenai sejarah batu bacan.


Batu bacan sebenarnya berasal dari pulau Kasiruta yang tergabung kedalam gugusan kepulauan Maluku di timur Indonesia. Mengapa pula dinamakan bacan, tidak batu kasiruta? Karena pusat pemerintahan yang melingkupi pulau Kasiruta berada di pulau Bacan tepatnya di labuha, maka dinamakan batu Bacan lah permata ini. Sejak itu batu bacan mulai terkenal dan menjadi buah bibir masyarakat setempat. Pada awalnya, bacan yang paling populer dan digemari masyarakat lokal adalah bacan dengan warna hati hiu, bukan bacan berwarna hijau kebiruan seperti saat ini.

Bacan Hati Hiu

Saat pertama mulai terkenal di daerah lokal, batu bacan tidak dihargai dengan mahal seperti sekarang, karena memang saat itu, batu bacan ini hanya tergolong batu lokal yang hanya dibeli oleh para penggemar batu akik lokal di sekitar pulau Kasiruta. Saat itu belum banyak peminat dari luar pulau apalagi dari seluruh Nusantara. Tak adan masyarakat yang mau berprofesi khusus hanya sebagai penambang, kebanyakan batu bacan saat itu ditemukan para petani saat bekerja di ladang, sungai, atau di hutan. Dan batu temuan itu pun jarang yang dibuat dan digunakan sebagai aksesoris perhiasan, wajar saja karena memang saat itu bacan belum seberharga saat ini.
Bacan mulai populer saat seseorang bernama Muhammad pertama kali menggosok dan memoles batu bacan menjadi sebuah perhiasan yang begitu mempesona. Sejak saat itu, pamor batu ini perlahan-lahan mulai menanjak di kalangan masyarakat sekitar kepulauan Maluku, hingga pada suatu ketika di tahun 90an, bacan berukuran 10 kg dengan kualitas super dibeli oleh wisatawan asal Singapura seharga ribuan dolar Singapura (Jika ditukar rupiah saat itu bernilai 7 juta rupiah). Itulah awal mula tonggak sejarah batu bacan mulai dikenal penggila batu mancanegara.


Pada awal tahun 2000an, sejak krisis moneter berakhir, batu bacan mulai menjadi komoditas dagangan yang menggiurkan. Para pembeli dari berbagai daerah mulai berdatangan mencari batu nan indah ini, saat itu pembeli dominan dari etnis tionghoa, karena mungkin mereka mendapat informasi tentang batu indah ini dari kerabatnya di Singapura. Bacan yang digemari pembeli tionghoa dominan berwarna hijau dan biru. Masyarakat yang mulai menyadari betapa berharganya sumber daya mineral lokal daerahnya mulai mengeksploitasi kekayaan alam pulau Kasiruta secara besar-besaran, sejak itu perekonomian masyarakat daerah setempat perlaha-lahan mulai menggeliat karena batu bacan yang mulai populer.


Karena penambangan yang dilakukan secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar yang kian menanjak, persediaan batu bacan di alam Pulau Kasiruta mulai habis terkuras. Saat ini sangat sulit untuk menemukan bongkahan bacan dengan kualitas super, para penambang perlu waktu berbulan-bulan untuk menemukan batu bacan berkualitas, dan itu pun belum tentu mendapatkan hasil. Maka dari itu, dengan semakin habisnya bahan berkualitas di penambangan, semakin langka batu bacan di pasaran, maka semakin meroketlah harga batu bacan.

0 komentar:

Post a Comment